Ketika kamu jatuh cinta dengan seseorang, kamu memiliki asumsi pribadi mengenai karakter orang yang kamu sukai tanpa mengetahui bagaimana sifat aslinya. You’re in love with the idea of him. Sampai kita berada dalam kondisi sudah mengenalnya dan menjadi dekat. Barulah kamu menyadari bahwa tidak sepenuhnya asumsimu tepat.
Pada masa pendekatan, semua masih berjalan indah dan saling menunjukkan sikap yang manis. Namun seiring berjalannya waktu, kamu menyadari bahwa sikapnya mulai berubah dan cenderung berlawanan dengan sikap yang ia tunjukan saat masa pendekatan.
Kondisi yang kerap membuatmu tertekan, bahkan mempengaruhi mentalmu bisa jadi kamu sedang berada dalam toxic relationship. Toxic relationship adalah kondisi dimana hubungan yang membuat salah satu pihak merasa tidak didukung, direndahkan, atau diserang.
Menurut Women Health 2018, toxic relationship juga ditandai dengan adanya tindak kekerasan baik verbal maupun non verbal. Efek dari kekerasan verbal memang tidak terlihat, namun memberikan dampak psikologis yang luar biasa seperti rusaknya citra diri seseorang, pengalaman traumatik, dan lain sebagainya.
Masih dilansir dari sumber yang sama, hubungan yang didominasi oleh komunikasi satu arah juga menjadi salah satu tanda dari toxic relationship. Hubungan yang sehat ditandai dengan adanya kesetaraan, dimana masing-masing orang memiliki kedudukan yang setara dan berhak memberikan pertimbangan untuk sebuah keputusan.
Sedangkan berdasarkan data dari CATAHU 2020 Komnas Perempuan, terdapat 4 bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan (KTP) di ranah personal 43% Fisik, 25% Seksual, 19% Psikis, dan 13% Ekonomi. Lebih lanjut, ternyata menurut survei pelaku KTP mayoritas adalah Pacar.
Hal tersebut rentan dihadapi oleh remaja maupun wanita muda yang masih belum paham jika mereka berada dalam hubungan toxic dan dibutakan oleh cinta.
Jika kamu merasa berada dalam lingkaran ini, maka sebaiknya kamu harus menghindarinya. Jangan menyepelekan kebiasaan yang dilakukan pasanganmu karena bisa berdampak pada kesehatan mental dan fisikmu.
Kenali ciri berikut yang menandakan kamu berada dalam toxic relationship.
1. Merasa tertekan
Setiap berkomunikasi dengan pasanganmu, kamu merasa tertekan dan tidak menjadi diri sendiri. Kamu lebih mementingkan perasaan pasangan dibanding perasaanmu sendiri. Kekhawatiran itu muncul karena tidak ingin terjadi perdebatan.
2. Tidak mendapat dukungan
Hubungan yang sehat ditandai dengan saling mendukung mimpi masing-masing. Pasangan yang ideal akan siap menjadi support system untuk menyemangatimu dalam berproses. Berlawanan dengan hal tersebut, pasangan yang toxic akan menyepelekan mimpimu bahkan mematahkan semangatmu.
3. Kekerasan verbal
Alih-alih memperlakukan pasangan dengan penuh kasih, hubungan yang toxic lebih sering mengungkapkan kata-kata kasar, sarkastik dan kritikan yang tidak membangun.
4. Kekerasan fisik
Selain mendapat kekerasan verbal, kamu mendapat kekerasan fisik. Pasanganmu adalah orang yang tempramental dan sering ‘main tangan’.
5. Cemburu buta
Cemburu adalah hal wajar bagi pasangan jika alasannya masuk akal. Namun, akan menjadi toxic apabila menunjukkan sikap yang berlebihan akan pasangannya. Cenderung mengekang dan membatasi pergaulan dan sosialisasimu. Hal itu akan menghambat kehidupan sosialmu.
6. Berbohong
Sering berbohong dan dibohongi adalah tanda lainnya. Satu sisi kamu merasa lebih aman jika berbohong daripada jujur dan terbuka pada pasangan. Dengan berbohong kamu merasa akan menghindari masalah yang menyebabkan percekcokan dengan pasanganmu. Begitu pun sebaliknya, kamu sering dibohongi dan berakhir memaafkan meski tahu hal tersebut akan terus terulang.
Ciri di atas hanyalah sebagian dari toxic relationship. Jika kamu terjebak dalam hubungan yang beracun, pertimbangkanlah untuk mengatasinya atau mengakhirnya. Buatlah keputusan yang tepat sebelum terlambat. Memang menyakitkan jika diakhiri tetapi akan lebih sakit jika dipertahankan. Hidup terlalu singkat untuk dihabiskan dengan penyesalan.