Tentunya Bunda dan Ayah sudah mengetahui bahwa susu sapi adalah sumber kalsium yang penting untuk pertumbuhan dan paling sering diminum oleh si kecil . Namun, bagaimana kalau ternyata buah hati Bunda mengalami intoleransi laktosa yang ada pada susu? Jangan khawatir, berikut kami berikan sumber-sumber kalsium lainnya yang dapat memenuhi kebutuhan kalsium si kecil.
Apa itu Intoleransi Laktosa?
Sebelumnya, penting untuk mengetahui apa itu intoleransi laktosa dan gejalanya. Gejala yang paling sering ditemui adalah sakit perut dan diare, tidak lama setelah meminum susu atau mengonsumsi produk yang mengandung susu seperti keju, yogurt, atau makanan lainnya. Hal ini terjadi karena tubuh mengalami gangguan untuk mencerna laktosa yang merupakan komponen gula dalam susu. Karena laktosa tidak dapat langsung diserap oleh tubuh, tubuh memerlukan enzim laktase yang berfungsi untuk memecahkan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa sehingga dapat diserap oleh tubuh. Adanya gangguan pada enzim atau sedikitnya jumlah enzim inilah yang menyebabkan intoleransi laktosa.
Intoleransi laktosa dibagi menjadi tiga, yaitu primer, sekunder, dan kongenital. Intoleransi laktosa primer adalah jenis yang paling sering ditemui, disebabkan oleh penurunan jumlah enzim laktase seiring dengan bertambahnya usia anak. Intoleransi laktosa sekunder terjadi akibat adanya penyakit lain pada usus yang menyebabkan penurunan produksi enzim, seperti diare. Sedangkan tipe yang terakhir adalah intoleransi laktosa tipe kongenital yang bersifat turunan dan sangat jarang dengan tidak terbentuknya enzim laktase dalam tubuh.
Makanan yang Mengandung Laktosa
Selain susu yang berasal dari hewan (hewani), keju, es krim, yogurt, dan mentega juga mengandung laktosa. Selain itu Bunda juga perlu memperhatikan makanan-makanan olahan yang kemungkinan besar mengandung laktosa seperti biskuit, roti, kue, cokelat, permen, dan sereal. Karena itu, Bunda perlu jeli dalam memperhatikan komposisi makanan yang tertera pada kemasan untuk memastikan tidak ada laktosa yang “tersembunyi” pada makanan yang akan dikonsumsi oleh si kecil.
Gejala Intoleransi Laktosa pada Anak
Gejala intoleransi laktosa umumnya muncul saat anak berusia 4 hingga 5 tahun. Gejala yang muncul cukup beragam dan biasanya terkait dengan sistem pencernaan seperti sakit perut, kembung, mual, muntah, tinja yang cair dan/atau berbau asam, serta diare. Di antaranya, gejala yang paling khas adalah diare dan terjadi pada hampir semua anak yang mengalami intoleransi laktosa.
Sayangnya hingga saat ini masih belum ada cara meningkatkan produksi laktase pada anak dengan intoleransi. Meskipun demikian, Ayah dan Bunda dapat tetap menjaga kondisi anak dengan cara menghindari konsumsi semua produk yang berlaktosa, meskipun pada beberapa anak, laktosa dengan jumlah yang sedikit masih bisa ditoleransi tubuh.
Untuk menilai seberapa jauh laktosa yang dapat dikonsumsi anak, beberapa dokter menyarankan untuk mengikuti diet bebas laktosa. Diet ini diawali dengan tidak mengkonsumsi apa pun yang mengandung laktosa selama 2 minggu dan mulai memperkenalkan kembali makanan berlaktosa secara bertahap untuk menilai tingkat toleransi. Namun, perlu diingat bahwa diet ini dilakukan hanya untuk mengetahui sampai mana kemampuan anak mencerna laktosa, bukan menghilangkan intoleransi laktosa pada anak.
Baca Juga: Cara Mendisiplinkan Anak Tanpa Berteriak dan Memukul
Makanan Tinggi Kalsium Pengganti Susu
Saat gejala intoleransi laktosa muncul, tentunya Bunda harus segera menghentikan konsumsi susu hewani pada anak. Akan tetapi, Bunda tidak perlu khawatir sang buah hati mengalami kekurangan kalsium, vitamin D, dan zat lainnya karena masih ada banyak pilihan makanan yang tetap dapat memenuhi kebutuhan si kecil. Berbagai bahan makanan berikut ini dapat Bunda berikan atau olah untuk memanjakan lidah dan memenuhi kebutuhan gizi si kecil:
- Susu bebas laktosa
Meningkatnya jumlah anak dengan intoleransi laktosa juga membuat produk-produk makanan termasuk susu yang bebas laktosa dijual luas di pasaran. Susu bebas laktosa ini umumnya berasal dari kacang-kacangan seperti kedelai, almon, dan mete. Jadi, si kecil tetap bisa makan sereal kesukaannya menggunakan susu.
- Kacang-kacangan
Tidak hanya susunya, kacang-kacangan juga dapat dikonsumsi dalam bentuk utuh. Karena Bunda tidak bisa memberikan cokelat, permen, atau kue yang mengandung laktosa sebagai cemilan, kacang-kacangan dapat menjadi pilihan yang baik untuk cemilan anak dengan intoleransi laktosa. Selain enak dan juga mengandung kalsium, kacang juga mengandung lemak dan protein yang tentunya bermanfaat bagi tubuh.
- Ikan
Ikan juga memiliki kandungan kalsium yang dapat menggantikan susu sapi. Jenis-jenis ikan yang kaya akan kalsium adalah tuna, salmon, dan sarden. Ikan tersebut kaya akan kalsium dan vitamin D. Setengah kaleng sarden mengandung sekitar 300 mg kalsium. Jadi, jangan lupa untuk menambahkan ikan di makanan si kecil ya, Bunda.
- Sayuran hijau
Sayuran hijau seperti bayam, buncis, dan brokoli merupakan sayur yang kaya akan kalsium dan zat besi, zat-zat yang juga terdapat pada susu sapi. Satu cangkir bayam mengandung 250 miligram kalsium yang setara dengan segelas susu sapi. Oleh karena itu, asupan kalsium si kecil tetap dapat terpenuhi dengan mengkonsumsi sayur-sayur tersebut.
- Agar-agar dan sorbet
Makanan di atas dapat menjadi pilihan pencuci mulut yang enak dan menyegarkan sebagai pengganti es krim. Agar-agar adalah bahan makanan bebas laktosa karena terbuat dari rumput laut sehingga sangat aman untuk dikonsumsi. Selain itu, Bunda juga bisa membuat sorbet dengan menggunakan jus dari buah-buahan yang tentunya segar dan aman bagi pencernaan si kecil. Buah-buahan yang kaya akan vitamin ini juga penting untuk mendukung berbagai fungsi tubuh si kecil.
Demikianlah makanan-makanan yang bisa Bunda berikan sebagai sumber kalsium untuk si kecil. Jadi, Bunda tidak perlu khawatir lagi anak kekurangan kalsium dan zat gizi lainnya. Bunda juga dapat berkonsultasi pada dokter jika ingin mengetahui seberapa besar asupan gizi harian yang dibutuhkan anak berdasarkan umurnya. Selain itu, yang juga penting untuk diingat adalah pentingnya variasi menu makanan untuk mempertahankan nafsu makan anak karena nafsu makan anak berperan penting dalam pemenuhan gizi harian anak.