Menjadi pebisnis dan memiliki usaha sendiri adalah cita-cita banyak orang. Tetapi, untuk memulai dan menjalankannya tentu bukan hal yang mudah. Ada banyak tahapan dan perencanaan yang harus dilakukan.
Kali ini, TheWomyn berkesempatan untuk berbincang dengan salah satu pebisnis perempuan yang sukses membangun usahanya di usia yang cukup muda. Siapa dia?
Muslimah Mahmudah, atau yang kerap dipanggil dengan nama Ima, adalah salah satu pebisnis perempuan yang sukses dalam menjalankan usaha kuliner. Di usianya 24 tahun, Ima mendirikan PT Bisnis Milenial Cipta Rasa bersama dua orang temannya. Bisnis ini bahkan sudah memiliki dua produk usaha unggulan yaitu Meatkuy (@meat_kuy) dan Campur Rasa Catering (@campurrasacatering).
Pada kesempatan kali ini Ima berbagi pada TheWomyn serba-serbi membangun bisnis, mulai dari latar belakang usaha hingga strategi bisnis yang ia lakukan.
Latar Belakang Menjadi Pebisnis dan Mewujudkannya
Inspirasi Ima untuk menjadi pebisnis tidak jauh-jauh. Ia mendapatkannya dari Sang Ibu, yang kala itu adalah seorang Pegawai Negeri Sipil yang gemar berjualan di kantornya. Dari sini, Ima termotivasi dan memulai bisnis kecilnya saat memasuki dunia kampus. Ia juga sering mengikuti perlombaan untuk mengasah kemampuannya.
Tidak main-main, Ima dan teman-temannya bahkan bisa memiliki gerobak bisnis dan berjualan produk dengan nama “Dapur Mpek-Mpek”. Saat itu, bisnis yang dijalankannya menggunakan sistem pre-order. Namun, mereka juga sering membuka lapak, baik di taman atau bahkan di bazar.
Setelah lulus kuliah Ima membuka usaha Bakso Malang di Tangerang dan berjualan menggunakan gerobak motor keliling. Karena jiwa bisnis yang kuat dan kemauan yang besar, hingga Ima memiliki ide untuk terus mengembangkan agar produknya menjadi lebih praktis dan kekinian.
Awal Mula Nama PT Bisnis Milenial Cipta Rasa
Sangat sederhana, nama yang mereka gunakan ini karena para pendiri adalah tiga orang milenial. Mereka menginginkan produk yang praktis dan ready to eat, tetapi memiliki cita rasa yang otentik. Awalnya memang tidak terpikirkan untuk membuka usaha besar. Ima dan dua temannya hanya ingin “melebarkan sayap”. Jalan terbaiknya adalah membentuk perseroan terbatas (PT). Dari sinilah nama Bisnis Milenial Cipta Rasa mereka ambil.

Meatkuy sendiri bermakna ngedaging yuk! Sebuah kata khas kaum milenial. Di logo, Meatkuy juga mencitrakan bisnisnya secara keseluruhan, ilustrasi bakso dan ajakan untuk makan. Logo yang mereka pilih pun menggambarkan kepraktisan.
Meski terbilang muda, Ima tidak khawatir akan urusan “modal”. Ia memperolehnya dengan mengandalkan proposal bisnis dan memanfaatkan hasilnya. Ima juga mengajak para teman dari berbagai latar belakang dan kemampuan untuk join dan membentuk tim yang baik. Hebatnya, ia bahkan bisa dikatakan membangun bisnis secara cuma-cuma karena difasilitasi oleh kementerian (negara).
Berbisnis di Tengah Pandemi
Ima mengatakan bahwa bisnis yang berjalan sukses dan bertahan lama adalah bisnis yang menjawab permasalahan masyarakat. Di masa pandemi, tentu saja banyak orang yang malas ke luar rumah atau bahkan khawatir akan virus. Bagi Ima, justru inilah jawabannya. Masalah ini dibuat menjadi peluang untuk memperluas channel bisnis, plan, tools, dan hal lainnya untuk terus berkembang di tengah hantaman Covid-19.
Ima berhasil membuat bisnis berupa sate ayam, Bakso Malang, risol, dan dimsum. Produk yang mereka jual adalah jenis frozen food, hingga mudah diakses oleh customer bahkan di tengah pandemi.
Menurut Ima, berbisnis di tengah pandemi dapat dijalankan hanya jika berpegang teguh pada riset market dan kompetitor. Baginya, hal ini bisa dimulai dengan menempatkan diri sendiri sebagai pembeli dan mencari peluang dari kelebihan dan kekurangan kompetitornya.
Kendala Membangun Dua Bisnis Bersama Rekan Lainnya
Kepada TheWomyn, Ima mengatakan bahwa benar, kedua bisnis yang ia jalankan memiliki segmentasi, target, hingga kemasan yang berbeda. Namun, ini bukan masalah yang besar. Campur Rasa Catering ia jalankan di lingkup offline. Target market mereka adalah perusahaan atau customer yang mengadakan acara besar, wedding, gathering, dan event lainnya.
Di bisnis ini, memang lebih sulit untuk mengajak investor bergabung. Selain itu, ada pula tantangan lain seperti sertifikasi BPOM dan perizinan bertahap yang perlu dilengkapi. Usaha catering-nya ini masih dalam skala home industry hingga masih perlu pengembangan. Semua itu dijalankan Ima dengan penuh semangat.
Tentu perbedaan pendapat pernah dihadapi. Namun, selama visi dan misi mereka masih sama, ini pun bukan masalah. Bagi Ima dan rekan-rekannya, memperbanyak diskusi, bertukar pikiran, dan mencari solusi menjadi jalan keluar. “Membangun bisnis tidak cukup dengan satu kepala saja”, ujarnya. Setiap ide yang didapat harus di-breakdown secara detail. Mereka melihat ide dari segi penerapannya untuk jangka pendek, menengah, hingga jangka panjang.
Stok, Pengiriman, dan Garansi
Stok yang menumpuk harus dihindari. Hal ini agar tidak ada produk yang kadaluarsa. Caranya adalah dengan menghitung secara detail, mempertimbangkan bahan baku, dan cara produksi. Perlu ada uji coba waktu kadaluarsa. Disinilah research and development bekerja. Beberapa hal yang dilakukan adalah dengan memisahkan atau menyatukan bumbu produk agar tetap tahan lama.
Dari segi pengiriman, Ima pun memilih channel distribusi dengan pengiriman paling cepat. Satu hari harus sampai. Tentu saja, dengan pengemasan produk yang baik agar tidak ada barang yang rusak atau kualitas yang jelek. Ima dan teman-teman juga tidak mau memaksakan menerima pesanan jika itu terlalu jauh dan tidak memungkinkan. Mereka memilih untuk mempertahankan integritas. Sejauh ini, pengiriman ke luar Jawa, seperti Sumatera dan Papua bisa mereka lakukan dengan lancar.
Jika barang rusak? Tentu saja Ima memberikan garansi yang sesuai dengan keluhan. Mereka bisa melakukan refund, ganti produk, atau bonus produk. Trust harus juga. Biaya ganti rugi ini tidak bisa sebanding dengan kepercayaan. Justru, produk yang rusak harus menjadi acuan perbaikan dalam membangun bisnis.
Strategi Bisnis dan Target Kedepan

Kolaborasi yang dilakukan dengan pihak lain bisa menjadi andalan dalam bisnis. Ima dan kawan-kawan bahkan pernah mendapat kesempatan untuk tampil di acara televisi “Bikin Laper” dari Trans TV. Meski awalnya hanya “dari mulut ke mulut”, tapi cara ini terbukti berhasil. Strategi memperluas reseller pun dilakukan.
Target PT Bisnis Milenial Cipta Rasa ini adalah agar semua masyarakat Indonesia bisa mencicipi Meatkuy. Mereka ingin inovasi produk dan membuatnya lebih praktis. Untuk usaha Campur Rasa Catering mereka berharap agar lancar dalam urusan perizinan dan sertifikasi. Tentu saja, dapat menjaring investor pun termasuk dalam target bisnis Ima selanjutnya.
Pesan untuk Para Perempuan yang Ingin dan Sedang Menjalankan Bisnis
Mulailah dengan “Why”. Dalam membangun bisnis, kita harus memiliki alasan kenapa kita melakukannya. Susunlah visi, misi, prioritas, dan konsep hidup. Semua ini akan membangkitkan rasa berani dalam mengambil risiko. Mendengarkan masukan dan banyak belajar juga akan membentuk mental dan mindset. Dua hal yang penting bagi pebisnis. “Jadilah pembelajar yang haus ilmu, hingga gagal bosan pada kita” adalah tagline hidup Ima. Artinya, harus mau belajar dan tidak sombong.
Open minded, memperbanyak literasi bisnis, mempelajari modal dan analisa bisnis, mengikuti webinar dan pelatihan. Inilah sederetan hal yang perlu dilakukan. Tidak lupa pulang membangun jejaring dengan komunitas. Dari sini pebisnis muda perlu menemukan mentor dan mendapat program mentoring. Perolehlah modal dari lomba, kerjasama, dan program pendanaan wirausaha. Sekali lagi ia menambahkan bahwa insight dan data, pelajari media bisnis, research kompetitor dan produk, dan evaluasi bisnis perlu diperbanyak.
Muslimah Mahmudah, seorang perempuan, anak muda, dan pebisnis sukses. Dengan menilik kisahnya, semoga kita menemukan inspirasi dan semangat dalam berbisnis, terutama di bidang kuliner. Sampai jumpa di TheWomynpreneur Talk selanjutnya!