Penjelasan Lengkap Fast Fashion: Seburuk Apa Sih, Sebenarnya?

fast-fashion

Apa sih fast fashion itu?

Apakah Anda pernah membeli baju dari merek-merek besar? Ada berapa jumlah pakaian di lemari Anda yang masih sering Anda pakai, dan tidak terlantar di dalam lemari saja? Apakah Anda sering membeli pakaian baru, hingga berbelanja setiap minggu? Jika iya, besar kemungkinannya Anda berkontribusi pada keburukan fast fashion.

Fast fashion adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan model bisnis yang sangat menguntungkan berdasarkan meniru tren catwalk dan desain fashion tinggi, serta memproduksinya secara massal dengan biaya rendah. Istilah ‘fast fashion’ juga digunakan untuk menggambarkan produk model bisnis yang diproduksi massal dengan cepat dan dalam jumlah besar pada umumnya.

Sederhananya, fast fashion adalah istilah yang digunakan untuk praktik produksi besar-besaran yang tidak memperhatikan aspek kerusakan lingkungan dan kesejahteraan pekerja. Hal itu dilakukan demi memproduksi pakaian dan mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya.

Mengapa fast fashion buruk?

Melansir dari Pebble Magazine, produk sampingan dari pabrik tekstil di negara-negara yang memproduksi barang-barang fast fashion secara massal adalah air limbah beracun yang tidak diolah. Zat-zat seperti timbal, merkuri dan arsen yang sangat berbahaya bagi kehidupan akuatik dan manusia. Air limbah dari pabrik pakaian dibuang langsung ke sungai dan menyebabkan kerusakan alam.

Dilansir borgenmagazine.com, Fast fashion menyumbang 10% dari semua emisi karbon di dunia dan merupakan industri terbesar kedua dalam hal polusi di belakang industri minyak. Kecepatan produksi merupakan faktor utama dalam perusakan dan pencemaran lingkungan. Jadi, polusi hanyalah salah satu efek negatif dari fast fashion.

Konsumsi pakaian yang cepat dan kebutuhan untuk mengantarkan dalam siklus tren yang pendek menekan sumber daya produksi. Hal ini seringkali mengakibatkan perusahaan-perusahaan mengutamakan keuntungan di atas kesejahteraan manusia; para pekerja mereka.

Untuk membuat pakaian yang murah dan mudah didapat, bahan baku dan kain yang digunakan untuk membuat pakaian juga harus murah. Kain murah ini terbuat dari bahan bakar fosil yang tidak terbarukan dan disebut tekstil petrokimia. 

Mereka membutuhkan energi dan sumber daya yang sangat besar untuk diproduksi. Begitu besar hingga perusahaan-perusahaan besar dengan senang hati mengorbankan kesejahteraan pekerja-pekerjanya demi memproduksi pakaian sebanyak mungkin, semurah mungkin, dalam waktu yang secepat mungkin.

Menurut The Good Trade, saat ini, merek-merek penghasil fast fashion dapat menghasilkan hingga 52 “musim mikro” dalam satu tahun, atau satu “koleksi” setiap minggunya. Merek Zara menjadi pencetus dari hal ini, ketika Zara beralih ke pengiriman barang baru setiap dua minggu sekali. 

Sejak saat itu, merek-merek lain turut mengikuti trend tersebut dan membentuk kebiasaan untuk memiliki persediaan dalam jumlah besar. Hal ini agar mereka tak perlu mengkhawatirkan kehabisan pakaian yang dijual. 

Fast fashion juga memiliki aspek buruk dari tendensinya untuk meniru streetwear” dan fashion week secara langsung. Dengan begitu, merek-merek dapat menciptakan gaya pakaian baru setiap minggu, bahkan setiap hari. Di satu sisi hal ini digunakan agar pembeli selalu dapat menemukan pakaian yang sesuai dengan tren. Tapi justru tren inilah yang bermasalah.

Merek-merek besar menjadi penyebab utama dari praktik produksi berlebih. Menurut Vox.com, merek-merek besar dapat menghasilkan hingga 150 miliar pakaian setiap tahunnya secara global. Dan hampir tiga dari setiap lima pakaian yang diproduksi berakhir di tempat penampungan sampah, tak terpakai karena sudah tidak “nge-trend”.

Apa yang bisa dilakukan?

Untuk mengurangi dampak buruk dari fast fashion, sesungguhnya perubahan terbesar dilakukan dalam industri fashion itu sendiri. Namun, individu-individu seperti Anda yang merupakan pembeli dari produk mereka dapat berkontribusi mengurangi dampak buruk dari fast fashion dengan cara-cara berikut:

  1. Beli lebih sedikit

Konsumerisme bisa menjadi permasalahan yang besar untuk seseorang, untuk lingkungan, dan untuk dunia. Dengan membeli lebih sedikit pakaian, Anda tidak hanya membantu mengurangi dampak buruk fast fashion, tapi juga mengubah lifestyle Anda menjadi lebih hemat.

  1. Beli pakaian yang lebih berkualitas

Membeli satu pakaian yang bisa bertahan selama bertahun-tahun lebih baik daripada membeli pakaian yang akan rusak dalam waktu kurang dari setahun. Pastikan Anda membeli pakaian yang kualitasnya memastikan jangka waktu pemakaiannya tidak mengharuskan Anda untuk membeli lebih banyak di masa depan.

  1. Pertimbangkan kembali sebelum membuang pakaian Anda

Daripada membuang pakaian yang sudah tidak Anda pakai, Anda dapat mendonasikannya pada mereka yang tidak mampu. Hal ini tak hanya memotong rantai fast fashion, tapi juga suatu kebajikan yang dapat Anda lakukan untuk orang lain.

  1. Beli pakaian bekas atau second-hand

Jangan malu membeli pakaian bebas! Baik di pasar maupun secara online, ada banyak penjual pakaian bekas yang menawarkan pakaian berkualitas dengan harga yang jauh lebih terjangkau daripada merek-merek besar.

  1. Hati-hati saat mencuci baju

Bahkan hal sesederhana mencuci baju Anda memiliki dampak besar pada lingkungan. Perhatikan cara Anda mencuci baju Anda. Apakah Anda membuang air sabun dan bekas cucian begitu saja? Apakah Anda memiliki filtrasi air agar air limbah rumah tangga Anda tidak mencemari lingkungan?

Itulah dia penjelasan lengkap dan mendalam mengenai fast fashion,mengapa fast fashion itu buruk, dan bagaimana Anda dapat membantu mengurangi dampak buruk dari fast fashion. Bagaimana, Ladies? Kira-kira perubahan apa yang akan Anda lakukan setelah membaca artikel ini? Bagikan cerita Anda di kolom komentar, kami akan sangat senang melihatnya!

Jessica Aulia

Young, avid, productivity-oriented, opportunity-seeker.

Recommended Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.