Banyak orang yang berharap bisa sekolah dengan mendapatkan beasiswa. Seiring kemajuan teknologi peluang tersebut semakin terbuka lebar bagi setiap orang, tak terkecuali bagi perempuan.
Jika di zaman dahulu stereotip gender tentang perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi, kini stigma tersebut sirna ditelan kemajuan zaman. Tak sedikit di zaman sekarang perempuan sukses menjadi pemimpin hingga memiliki gelar pendidikan tinggi.
Kemajuan teknologi juga telah membuka peluang bagi kaum perempuan untuk berkarya. Akses untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi juga semakin mudah dijangkau.
Pasalnya, pendidikan menjadi faktor penting penunjang seorang perempuan bisa sukses. Hal ini juga menjadi bekal bagi perempuan ketika memasuki rumah tangga. Perempuan berpendidikan akan mampu berpikir kritis ketika menghadapi masalah dalam hidupnya. Perempuan juga memiliki peran penting dalam mencetak generasi bangsa yang berkualitas.
Kita bisa belajar dari berbagai kisah sukses para perempuan yang kini makin banyak. Misalnya, perempuan muda yang satu ini. Meskipun sudah sukses dalam karirnya, tapi tak mengurungkan niatnya untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Dia adalah Nirmala Rizka Suryani, perempuan muda yang jatuh bangun mengejar impiannya.
Ia baru saja berhasil mendapatkan beasiswa S2 dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Nirmala Rizka Suryani juga memiliki bisnis sepatu homemade bermerek Liyamse.
Kisah sukses Nirmala dalam pekerjaan, berwirausaha serta sukses meraih beasiswa LPDP mungkin bisa menjadi sumber inspiratif para Womyn. Seperti apa Nirmala menggapai itu semua ? Bagaimana kerja kerasnya bisa berhasil meraih beasiswa ? Yuk kita contoh usaha Nirmala lewat edisi The Womynpreneur kali ini.
Dari Kompetisi Hingga Berbisnis Startup
Nirmala Rizka Suryani atau akrab disapa Lala menjadi salah satu contoh perempuan generasi milenial yang sukses dalam berkarir, berbisnis, maupun bersekolah. Perjalanan yang Lala tempuh tentu penuh batu kerikil, tidak mulus. Ia harus mengalami jatuh bangun dalam menggapai impiannya.
Setelah lulus kuliah jurusan Business, Management, Marketing, and Related Support Services di ITB, ia langsung bekerja. Lala pun mengaplikasikan ilmu yang ia peroleh di bangku kuliah dengan bergabung di beberapa perusahaan. Kemudahannya mendapatkan pekerjaan tak lepas dari berbagai pengalaman yang telah ia kantongi lewat mengikuti berbagai perlombaan.
Sebut saja lomba StartUpWeekend Fashion Bandung di tahun 2015, lomba Mahasiswa Wirausaha 2016, perlombaan BFC Marketing Plan Competition, ASTRA Virtual Challenge, kompetisi A Taste of L’Oreal, dan masih banyak lagi perlombaan yang berhasil Lala juarai.
“Saya ikut lomba enggak selalu mulus jalannya. Pertama kali ikut lomba kalah kok, tapi dari kalah itu bikin aku pede (percaya diri) untuk kedepannya harus menang. Jadi, menghargai proses itu sih yang penting banget,” tuturnya.
Lala termasuk anak muda yang aktif dan menyukai tantangan demi mengembangkan kemampuannya. Ia mengaku dengan mengikuti banyak perlombaan, bisa mengasah skill serta mengubah karakternya menjadi lebih menerima pendapat orang lain.
“Ketika aku ikut-ikut lomba jadi lebih banyak belajar dari orang lain. Disitu aku jadi tahu bahwa sesuatu yang berbeda itu bisa menghasilkan inovasi,” tambah perempuan yang pernah menjuarai lomba LeanStartUpMachine Indonesia ini.
Dari berbagai perlombaan yang ia ikuti, rupanya memunculkan ide di kepala Lala untuk mendirikan sebuah bisnis startup. Kata dia, sebelum membuat suatu usaha diperlukan riset dan mencari tahu masalah yang terjadi.
Ia mencontohkan dirinya kala pertama kali mendirikan bisnis. Saat itu Lala melihat ada masalah di kalangan pengrajin sepatu Cibaduyut, Bandung. Para pengrajin ini mendapatkan upah rendah yang tidak sebanding dengan beban pekerjaan.
“Nah, aku berupaya cari problem solving tersebut. Akhirnya, aku membuat usaha sepatu dengan memberdayakan para pengrajin ini. Aku juga pikirin gimana membangun bisnis selain profit tapi juga sustainable, dan gimana dampaknya ke lingkungan. Sekarang para pengrajin ini sudah bisa membiayai anak-anaknya sekolah,” ungkap Lala.
Kini Lala memiliki bisnis sepatu bermerek Liyamse yang ia bangun bersama dua orang temannya. Mereka pernah menjadi satu tim dalam sebuah perlombaan. Membangun bisnis diperlukan konsistensi untuk menjadi bisnis besar. Karena itu, kata Lala, memilih partner bisnis yang tepat sesuai bidang kemampuannya sangat penting supaya dapat bekerja sama.
Pendidikan Mengubah Nasib Perempuan
Zaman sekarang perempuan juga perlu mengecap pendidikan tinggi. Menurut Lala pendidikan dapat mengubah nasib seseorang. Bahkan, jika perempuan memiliki latar pendidikan yang tinggi maka bisa menjadi modal dalam mendidik anak-anak serta mampu memecahkan masalahnya.
Perempuan yang pernah menjadi Marketing Executive di Grab ini pun mengaku, kesuksesan yang ia capai berkat peranan sang ibu yang begitu besar dalam mendidiknya.
“Ibuku yang selama aku sekolah antar-jemput aku. Dia selalu tanya gimana aku hari ini, ibu ku tuh jadi short of problem solving aku. Ibuku yang memberitahu aku apa yang harus aku lakukan,” ungkapnya.
Tak dipungkiri lewat pendidikan pula perempuan bisa merubah nasib bahkan mampu menopang rumah tangganya. “Contoh nih, asisten rumah tangga aku yang berhasil sekolahkan anaknya sampai kuliah. Setelah lulus S1, anaknya sekarang bisa meningkatkan taraf hidup keluarganya,” imbuh Lala.
Bagi Lala pendidikan adalah hal penting bagi perempuan, tak peduli bila kelak perempuan itu tetap memilih menjadi seorang ibu rumah tangga, sebab dengan mengecap pendidikan perempuan bisa mandiri.
Meski begitu, menurut Lala, perempuan yang mandiri bukanlah perempuan yang melakukan segala sesuatu sendiri, tetapi perempuan yang bisa menguatkan dirinya serta berani memilih jalan hidupnya untuk meraih goals.
Selain pendidikan tinggi, hal lain yang perlu perempuan miliki agar bisa sukses adalah soft skill. “perempuan juga harus punya kecerdasan emosional, tahu cara mengelola emosi dan menjaga kesehatan mentalnya. Enggak sibuk sendiri tapi bisa memberikan kontribusi bagi sekitarnya,” kata wanita yang pernah bekerja sebagai Business Development di Shopee ini.
Baca juga: Lipstick Finance: Mengajak Perempuan Melek Financial Literacy Demi Mencapai Financial Freedom!
Mengejar Impian Sekolah ke Luar Negeri
“Kejarlah cita-citamu setinggi langit”. Kalimat ini cocok dialamatkan untuk Nirmala. Walaupun telah sukses berkarir, tapi bagi Co-Founder Liyamse Shoes ini tak cukup sampai disitu. Anak muda yang satu ini masih ingin mengejar impiannya.
Lala sudah lama ingin melanjutkan sekolah magister lewat jalur beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Ia termotivasi untuk melanjutkan sekolah magister lantaran melihat teman-teman sekelilingnya yang berhasil mendapatkan beasiswa LPDP.
“Its my dream. Bisa kuliah di luar negeri dengan kampus incaranku, terus punya teman-teman dari berbagai negara, menurutku sih itu sesuatu yang perlu dikejar ya mumpung masih muda,”ungkap Lala.
Bagi Nirmala menanamkan pikiran positif bisa menimbulkan rasa optimisme serta keyakinan dalam dirinya untuk mencapai cita-citanya. Ia tahu impian untuk mendapatkan beasiswa LPDP dan bersekolah S2 di luar negeri bukan perkara mudah.
“But i always try! Aku tuh percaya energi yang kita pancarin itu akan balik lagi ke kita. Kayak, apa yang kita omongin dan kita rasakan tuh termanifestasi di alam,” katanya.
Ia mengaku meluangkan waktu untuk belajar disela-sela kesibukannya bekerja dan berwirausaha. Untuk memantapkan tekadnya, bahkan ia sampai menulis di kertas tentang keinginannya tersebut. “Aku tuh sampai membayangkan bisa pegang gedung kampus incaranku. Buat aku itu termasuk cara positif yang bisa meyakinkan diriku. Dan ketika momennya datang, Alhamdulillah,” ungkap Lala.
Dalam segala usahanya, perjalanan Lala juga tak selalu berjalan mulus seperti keinginannya. Cita-cita Lala untuk kuliah S2 di luar negeri sempat terbenam. Semangat Lala patah lantaran ditinggal pergi sang papa untuk selamanya. Ia mengaku hal tersebut menjadi titik terendah dalam hidupnya.
“Tahun lalu aku kehilangan ayahku dan itu bikin aku down, bikin aku mempertanyakan banyak hal. Tapi, bersyukur aku dikelilingi orang-orang selalu memberikanku support. Empat bulan aku tenggelam rasa sedih, tapi akhirnya bangkit lagi,” tutur Lala sambil mengingat masa-masa itu.
Pelan-pelan Lala meninggalkan kesedihannya lalu mulai kembali belajar dan membuat esai sebagai salah satu bahan pengajuan beasiswa S2 LPDP. Ia mencicil membuat esai tersebut setiap pulang kerja.
Ketika peluang itu datang menghampirinya, ia langsung bergerak cepat memanfaatkan momen tersebut. Benar saja, kerja keras Lala membuahkan hasil. Perempuan muda yang gigih ini, akhirnya berhasil meraih cita-cita melanjutkan pendidikan magister dengan beasiswa LPDP ke negeri paman sam.
Tahun depan Lala siap berangkat menimba ilmu ke New York. “Kerja kerasku terbayarkan,” tambahnya.
Tips Sukses Mendapatkan Beasiswa LPDP
Ada tiga hal utama yang harus dipersiapkan para perempuan yang ingin mendapatkan beasiswa LPDP. Lala mengatakan mempersiapkan mental dan waktu, selalu berpikiran optimis, serta lakukan yang terbaik tanpa memaksakan kehendak menjadi modal awal untuk meraih beasiswa ini.
Sebelum mendaftarkan diri sebaiknya Womyn mempersiapkan diri dengan matang. “Kalau kalian masih kuliah S1 dan ingin lanjut S2 dengan beasiswa LPDP, saran aku sih banyakin ikut kegiatan mahasiswa ataupun kegiatan di luar kampus seperti lomba-lomba yang bisa mengukur kemampuan intelektual kamu karena itu akan berguna banget untuk esai kamu nanti,” jelas Lala.
Sedangkan bagi para perempuan yang sudah berumah tangga bahkan memiliki anak, jika ingin melanjutkan ke jenjang magister dengan beasiswa LPDP pun tetap bisa mengajukan. Jadi, tidak perlu khawatir bagi para perempuan yang sudah berumah tangga bakal terbatas mendapatkan pendidikan. Sebab, asal ada kemauan janganlah membatasi diri tapi teruslah menggali kemampuan dalam diri.
Saat mulai melangkah ke pendaftaran beasiswa LPDP, Womyn akan mengikuti tahap demi tahap. Di mulai dari seleksi berkas, salah satunya adalah membuat esai.
“Isi esainya tuh kalau bisa relate sama diri kita sendiri. Cari tahu kenapa sih mau S2, terus ceritakan visi besar yang ingin kamu kerjakan, kontribusi apa yang sudah kamu berikan selama kuliah, sampai kamu sampaikan deh kenapa memilih kampus di negara itu,” kata Lala menjelaskan secara rinci.
Selain itu, berkas lain yang perlu dipersiapkan adalah ijazah, transkrip nilai, serta hasil tes IELTS dengan rata-rata skor 6. Setelah seleksi berkas lulus, Womyn akan mengikuti tes substansi akademis. Dan terakhir yang tak kalah penting adalah tahap wawancara.
“Di tahap ini ada dua orang yang akan wawancara kamu yaitu seorang psikolog dan interviewer yang berkecimpung di bidang kamu. Saran aku, ketika tes wawancara itu pastikan esai yang kamu buat sesuai dengan diri kamu dan jangan melenceng. Saat interview harus percaya diri, senyum, santai aja dan kasih yang terbaik aja,” tutupnya.
Setelah Womyn selesai mengikuti setiap tahapan tersebut, kalian tinggal menunggu hasil pengumumannya. Bila diterima, maka kamu patut bersyukur namun bila ditolak gagal jangan sampai berlarut-larut dalam kekecewaan, tapi bangkitlah kembali dan berusaha sampai kamu berhasil mendapatkan impian itu.
Itulah kisah penuh inspiratif dari Nirmala Rizka Suryani. Perjalanan untuk menggapai cita-cita memang tidaklah gampang ya, Myns! Tapi, semoga cerita Nirmala ini bisa menjadi motivasi bagi para Womyn yang ingin sukses berbisnis ataupun sukses dalam bidang pendidikan. Nikmatilah setiap proses demi proses itu! Sampai berjumpa di TheWomynpreneur Talk selanjutnya ya.
(Evilin Falanta)
Luarbiasa pengalamannya yang begitu kuat dengan karakter pribadi seorang perempuan. Barangkali hal utama dan sangat penting adalah membagi waktu atau management waktu ya antara study, karir dan berbisnis. Saya tertarik juga tuh dengan produk sepatunya kayaknya keren banget palagi brandingnya Home Made, jadi makin mantab. Anyway oke makasih banget atas share inspiringnya yang sangat bermanfaat. Tks